Rabu, 15 Juni 2016

PETROLOGI DASAR (BATUAN-BATUAN)



 BATUAN BEKU

I.             Pengertian
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma. Magma adalah Zat cair pijar dan merupakan senyawa silikat yang bersifat sangat panas dan berada di dalam kerak bumi. Proses pembekuan magma merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kistal-kristal mineral primer ataupun gelas. Proses tersebut juga akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma.
Pada saat penurunan suhu magma akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan magma akan membeku menjadi gelas.

II.          Mineral yang Sering Dijumpai pada Batuan Beku
1.      Mineral Asam / felsic minerals
Mineral-mineral ini umumnya berwarna cerah karena tersusun atas silika dan aluminium, seperti :
a.       Kuarsa                      :  Jernih, kadang-kadang putih susu atau kelabu.
b.      Feldspar Ortoklas     :  Putih Kemerah-merahan atau Merah muda,                                                               banyak terdapat dalam batuan beku asam.
c.       Feldspar Plagioklas  :  Abu-abu, Putih susu, terdapat di dalam batuan beku                                                 menengah sampai basa.
d.      Muskovit                  :  Jernih sampai coklat muda, berupa lempengan                         lempengan tipis, terutama terdapat di dalam beku asam.
2.      Mineral Basa / mafic minerals
Mineral-mineral ini umumnya berwarna gelap karena tersusun atas unsur-unsur besi, magnesium, dan kalsium, seperti :
a.       Olivin           :  Kuning Kehijauan
b.      Biotit            :  Coklat tua – Hitam
c.       Piroksen       :  Hitam – Hijau tua
d.      Hornblende  :  Hitam – Hijau
Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal. Mineral-mineral mafik umumnya mengkristal pada suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mineral felsik.
Mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat labil dan mudah berubah menjadi mineral lain. Mineral yang dibentuk pada temperatur rendah adalah mineral yang relatif stabil. Pada jalur sebelah kiri, yang terbentuk pertama kali adalah olivin sedangkan mineral yang terbentuk terakhir adalah biotit.
Mineral-mineral pada bagian kanan diwakili oleh kelompok plagioklas karena kelompok mineral ini paling banyak dijumpai. Yang terbentuk pertama kali pada suhu tinggi adalah calcic plagioclase (bytownit), sedangkan pada suhu rendah terbentuk alcalic plagioclase (oligoklas). Mineral-mineral sebelah kanan dan kiri bertemu dalam bentuk potasium feldspar kemudian menerus ke muskovit dan berakhir dalam bentuk kuarsa sebagai mineral yang paling stabil.

III.       Penggolongan Batuan Beku
A.    Berdasarkan letak membekunya magma
1.      Batuan Beku Luar (Ekstrusif)
Adalah batuan beku yang proses pembekuan magmanya terbentuk diatas permukaan bumi.
2.      Batuan Beku Dalam (Intrusif)
Adalah batuan beku yang proses pembekuan magmanya terbentuk di bawah permukaan bumi.
B.     Berdasarkan atas sifat kimianya
Batuan Beku Asam
Kadar Silika > 66 %
Batuan Beku Intermediet
Kadar Silika 52 – 56 %
Batuan Beku Basa
Kadar Silika 45 – 52 %
Batuan Beku Ultra Basa
Kadar Silika < 15 %

IV.       Hal – hal yang harus diperhatikan dalam Mendeskripsi Batuan Beku
A.    Warna Batuan
Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
·         Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik misalnya kuarsa, potas feldspar, muskovit.
·         Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitamnya umumnya adalah batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
·         Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
·         Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik disebut batuan beku ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya mineral mafik.
B.     Struktur Batuan
Struktur adalah penampakan hubungan antar bagian-bagian batuan yang berbeda. Pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan di lapangan. Ada dua macam Struktur batuan beku, yaitu:
1.       Struktur batuan beku dalam
-          Masif                  :  Mencirikan padat, tidak ada lubang/pori – pori
2.       Struktur batuan beku luar
-          Vesicular            :  Strukturnya berlubang – lubang sejajar
-          Scoriaceous        :  Berlubang – lubang tidak teratur
-          Amygdaloidal    :  Berlubang – lubang dengan terisi oleh mineral berupa              silica, karbonat/senyawa besi
-          Flow                   :  Strukturnya berupa aliran, dengan mineral – mineral                                           sejajar yang menunjukkan kesan seperti aliran
-          Pumiceous          :  Berlubang – lubang halus yang bentuknya teratur

C.     Tekstur Batuan
Pengertian tekstur dalam batuan beku mengacu pada penampakan butir-butir mineral di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berkaitan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, selama dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi:

D.    Pola Susunan Butir
1.      Equigranular
Disebut equigranular apabila memiliki ukuran butir yang seragam/sama dan butirannya dapat dikenali dengan mata telanjang.
2.      Inequigranular
      Disebut inequigranular bila ukuran kristal pembentuknya tidak seragam.
3.      Afanitik
      Kristal mineralnya sangat halus sehingga tidak dapat dilihat oleh ata telanjang.
4.      Faneroporfiritik
      Bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenali dengan mata telanjang.
5.      Porfiroafanitik.
      Fenokris dapat dikenali oleh mata telanjang sedangkan massa dasar tidak dapat dilihat.
6.      Gelasan (Glassy)
      Disebut gelasan karena apabila semuanya terdiri dari gelas
Antara fenokris dan massa dasar terdapat perbedaan ukuran butir yang menyolok.
·   Fenokris        :  Mineral yang ukuran butirnya jauh lebih besar dari mineral                                 lainnya. Biasanya merupakan mineral sulung, dengan bentuk                                             subhedral hingga euhedral.
·         Massa dasar     :  Mineral-mineral kecil yang berada di sekitar fenokris.

E.     Bentuk Kristal / Kemas
Untuk kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberi gambaran mengenai proses kristalisasi mineral pembentuk batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi:
1. Euhedral 
Apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh bidang yang jelas.
2. Subhedral 
Apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang   dibatasi bidang kristal.
3. Anhedral 
Apabila bidang batas tidak jelas.

F.      Identifikasi Mineral
Identifikasi mineral merupakan salah satu bagian terpenting dari deskripsi batuan beku karena identifikaasi tersebut dapat diungkap berbagai hal seperti kondisi temperatur, tempat pembentukan, sifat magma asal dan lain-lain. Di dalam batuan beku dikenal status mineral dalam batuan, yaitu:
1.      Mineral Primer
Merupakan  hasil pertama dari proses pembentukan batuan beku. Mineral utamanya terdiri dari :
a.       Mineral utama ( essential minerals)
Adalah mineral yang terbentuk langsung dari kristalisasi magma yang jumlahnya cukup banyak (>10%). Mineral ini sangat penting untuk dikenali karena menentukan nama batuannya.
b.      Mineral tambahan (accesory minerals)
Adalah Mineral yang terbentuk pada Kristal magma dan umumnya jumlah mineral sedikit atau jarang (<10%). Apabila terdapat banyak tetap tidak mempengaruhi penamaan batuannya.

2.   Mineral Sekunder
Merupakan mineral hasil perubahan dari mineral primer.



BATUAN SEDIMEN 

I.      Pengertian
Batuan Sedimen berasal dari Bahasa Latin yaitu “Sedimentum” yang berarti Pengendapan. Jadi, pengertian Sedimen  itu sendiri adalah Batuan yang terbentuk dari Proses pelapukan dan Transportasi dari batuan yang telah ada sebelumnya dan terendapkan sebagai suatu Endapan kemudian endapan sedimen tersebut mengalami Proses Lithifikasi (Pembatuan).
Lithifikasi adalah Proses terubahnya materi pembentuk batuan yang lepas – lepas menjadi batuan yang Kompak dan Keras.
Sekitar 80% permukaan benua tertutup batuan sedimen, walaupun volumnya hanya sekitar 5% dari volum kerak bumi.

II.            Tekstur Batuan Sedimen
Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan banyak butir serta susunannya
A.    Ukuran Butir
Pemberian ukuran butir didasarkan pada skala Wentworth
Nama Butir
Besar Butir (mm)
Bongkah (Boulder)
>256
Berangkal (Cobble)
64 – 256
Kerakal (Pebble)
4 – 64
Kerikil (Granule)
2 – 4
Pasir (Sand)
1/16 – 2
Lanau (Silt)
1/256 – 1/16
Lempung (Clay)
<1/256

B.     Pemilahan
Pemilahan adalah Keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya bila semakin seragam  ukurannya dan besar butirnya maka pemilahannya semakin baik.
Pemilahan dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.      Pemilahan Baik (Well Sorted)
2.      Pemilahan Sedang (Moderate Sorted)
3.      Pemilahan Buruk (Poorly Sorted)


A.    Kebundaran
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran dimana sifat ini hanya biasa diamati pada batuan sedimen klastik kasar. Perbandingan Bundaran sebagai berikut :
1.      Membundar balik (Well Rounded)
2.      Membundar (Rounded)
3.      Membundar tanggung (Sub Rounded)
4.      Menyudut tanggung (Sub Angular)
5.      Menyudut (Angular)

B.     Kemas
1.      Kemas terbuka dimana dicirikan dengan butiran yang tidak saling bersentuhan
2.      Kemas tertutup yang mencirikan butiran saling bersentuhan

Berdasarkan atas asal dan cara terjadinya, tekstur batuan sedimen dibagi menjadi :
A.    Sedimen Klastik
Kata “Klastik” berasal dari bahasa Yunani yaitu “klatos” yang artinya pecahan. Jadi, Sedimen klastik adalah batuan sedimen yang tersusun dari hasil Hancuran – hancuran (fragmen) batuan lain yang sudah ada lebih dulu.
B.     Sedimen Non Klastik
Adalah batuan sedimen yang terbentuk dari Hasil Reaksi Kimia tertentu yang bersifat anorganik maupun biologik.

III.            Struktur Batuan Sedimen
Struktur pada batuan sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi yang membentuknya.
A.    Struktur Sedimen dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :
1.      Stuktur Sedimen Primer
Terbentuknya karena proses sedimentasi dengan demikian merfleksikan mekanisasi pengendapanya.
2.      Struktur Sedimen Sekunder
Terbentuk sesudah sedimentasi,sebelum atau  pada waktu diagenesa.Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya keadaan dasar lereng,dan lingkungan organismenya.
3.      Struktur Organik
Struktur Organik yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti Mollusca,cacing atau binatang lainnya.

B.     Faktor – faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya sturktur perlapisan
1.      Adanya perbedaan warna mineral
2.      Adanya perbedaan ukuran besar butir
3.      Adanya perbedaan komposisi mineral
4.      Adanya perubahan macam batuan
5.      Adanya perubahan struktur sedimen
6.      Adanya perubahan kekompakan

C.     Macam - macam Perlapisan
1.      Masif tidak menunjukan struktur dalam atau ketebalanya 120 cm.
2.      Perlapisan sesar bila bidang perlapisan sejajar.
3.      Laminasi adalah perlapisan sejajar yang ukuran atau ketebelannya > 1 cm.
4.      Perlapisan pilihan bila perlapisan di susun atas butiran yang berubah teratur dari halus ke kasar
5.      Perlapisan silang siur, yakni perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di atas atau dibawahnya dan di pisahkan oleh bidang erosi.

IV.            Komposisi Mineral
A.    Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang ukurannya paling besar dan dapat berupa
pecahan-pecahan batuan mineral atau cangkang-cangkang fosil atau zat organik
lainnya.
B.     Matrik
Matrik adalah bagian butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan terletak di antara fragmen sebagai massa dasar, matrik dapat berupa batuan, mineral atau fosil.
C.     Semen
Semen bukan butir, tetapi material pengisi rongga antar butir dan bahan pengikat.

V.            Jenis – jenis Batuan Sedimen
Batuan Sedimen adalah batuan beku atau metamorf yang mengalami proses litifikasi yaitu proses kompaksi dan sementasi. Jenis-jenis Batuan Sedimen antara lain yaitu:
1.      BREKSI.
Breksi memiliki butiran-butiran yang bersifat coarse yang terbentuk dari sementasi fragmen-fragmen yang bersifat kasar dengan ukuran 2 hingga 256 milimeter. Fragmen-fragmen ini bersifat runcing dan menyudut. Fragmen-fragmen dari Breksi biasanya merupakan fragmen yang terkumpul pada bagian dasar lereng yang mengalami sedimentasi, selain itu fragmen juga dapat berasal dari hasil longsoran yang mengalami litifikasi. Komposisi dari breksi terdiri dari sejenis atau campuran dari rijang, kuarsa, granit, kuarsit, batugamping, dan lain-lain.

2.      KONGLOMERAT.
Konglomerat hampir sama dengan breksi, yaitu memiliki ukuran butir 2 hingga 256 milimeter dan terdiri atas sejenis atau campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain, hanya saja fragmen yangmenyusun batuan ini umumnya bulat atau agak membulat. Pada konglomerat, terjadi proses transport pada material-material penyusunnya yang mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk yang membulat

3.      SANDSTONE.
Sandstone atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang terbawa olehaliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter. Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit kloritdan bijih besi. Batu pasir umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu : Quartz Sandstone, Arkose, dan Graywacke.

4.      QUARTZ SANDSTONE.
Quartz sandstone adalah batu pasir yang 90% butirannya tersusun dari kuarsa.Butiran kuarsa dalam batu pasir ini memiliki pemilahan yang baik dan ukuran butiran yang bulat karena terangkut hingga jarak yang jauh. Sebagian besar jenis batu pasir ini ditemukan pada pantai dan gumuk pasir.

5.      ARKOSE.
Arkose adalah batu pasir yang memiliki 25% atau lebih kandungan feldspar. Sedimen yang menjadi asal mula dari Arkose ini biasanya hanya mengalami sedikit perubahan secara kimia. Sebagian arkose juga memiliki sedikit butiran-butiran yang bersifat coarse karena jarak  pengangkutan yang relatif pendek.

6.      GRAYWACKE.
Graywacke adalah salah satu tipe dari batu pasir yang 15% atau lebih komposisinya adalah matrik yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan sortasi yang jelek dan batuan menjadi berwarna abu-abu gelap atau kehijauan.

7.       SHALE.
Shale adalah batuan sedimen yang memiliki tekstur yang halus dengan ukuran butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Komposisi mineralnya umumnya tersusun dari mineral-mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan bijih besi.
Shale dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu lempung atau serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu pasir dan batu serpih, sedangkan batu lempung memiliki ciri khas mudah membelah dan bila dipanasi menjadi plastik.

8.      LIMESTONE.
Limestone atau batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3). Teksturnya bervariasi antara rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atauoolit. Batu gamping dapat terbentuk baik karena hasil dari proses organisme atau karena prosesanorganik. Batu gamping dapat dibedakan menjadi batu gamping terumbu, calcilutite, dan calcarenite.

9.      CALCARENITE.
Calcarenite memiliki ukuran butir 1/16 hingga 2 milimeter, batuan ini terdiri dari 50% atau lebih material carbonate detritus, yaitu material yang tersusun terutama atas fosil dan oolit.

10.  CALCILUTITE
Calcilutite terbentuk jika ukuran butiran dari calcarenite berubah menjadi lebih kecil hingga kurang dari 1/16 milimeter yang kemudian mengalami litifikasi.

11.  GAMPING TERUMBU
Batu Gamping terumbu terbentuk karena aktivitas dari coral atau terumbu pada perairan yang hangat dan dangkal.

12.  SALTSTONE.
Saltstone terdiri dari mineral halite (NaCl) yang terbentuk karena adanya penguapan yang biasanya terjadi pada air laut. Tekstur dari batuan ini berbentuk kristalin.

13.  GIPSUM.
Gipsum tersusun atas mineral gipsum (CaSO4.H2O). Sama seperti dengan Saltstone, batuan initerbentuk karena kandungan uap air yang ada menguap. Tekstur dari batuan ini juga berupa kristalin.


14.  COAL.
Coal atau batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari kompaksi material yang berasaldari tumbuhan, baik berupa akar, batang, maupun daun. Teksturnya amorf, berlapis, dan tebal. Komposisinya berupa humus dan karbon. Warna biasanya coklat kehitaman dan pecahannya bersifat prismatik. Batu bara terbentuk pada rawa-rawa pada daerah beriklim tropis yang airnya mengandung sedikit Oksigen. Bagian dari tumbuhan jatuh dan mengendap di dasar rawa semakin lama semakin bertambah dan terakumulasi. Material tersebut lama-kelamaan terkubur oleh material di atasnya sehingga tekanannya bertambah dan air keluar, dan kemudian mengalami kompaksi menjadi batu-bara.



BATUAN METAMORF 

I.            Pengertian
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami proses / perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan temperatur 2000C – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal - kristal baru, begitupula pada teksturnya.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tekstur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi.

II.            Agen - agen Metamorfisme.
Adapun agen-agen metamorfisme yaitu:
1.      Panas (temperatur)
2.      Tekanan
3.      Cairan panas / aktivitas larutan kimia

Adanya kenaikan temperatur, tekanan dan aktivitas larutan kimia, menyebabkan terjadinya perubahan dan rekristalisasi yaitu proses pengkristalan kembali mineral-mineral dan batuan yang telah ada dengan tidak melalui fase cair. Pada kondisi ini temperatur sekitar 3500C – 12000C dan tekanan 1 – 10000 bar (Jackson) = (0,9869) atm.


III.            Jenis - jenis Metamorfisme
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1)      Metamorfosa Lokal
Disebut metamorfosa lokal karena penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa kilometer saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:
a.       Metamorfosa kontak/thermal
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur yang tinggi, dan biasanya  jenis ini ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma/ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan lebar 2 – 3 km. Salah satu contohnya pada zona intrusi yang dapat menyebabkan pertambahan suhu pada daerah disekitar intrusi
b.      Metamorfosa dinamo/dislokasi/kataklastik
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis, yang mencakup ke segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar. Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa semacam ini biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan

2)      Metamorfosa Regional
Tipe metamorfosa ini penyebarannya sangat luas, dapat mencapai beberapa ribu kilometer. Termasuk dalam tipe ini adalah:
a.       Metamorfosa regional / dinamothermal
Terjadi pada kulit bumi bagian dala, dimana faktor yang mempengaruhi adalah temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses ini akan lebih intensif apabila diikuti oleh orogenesa
b.      Metamorfosa butiran
Proses ini tidak ada hubungannya dengan orogenesa dan intrusi, tetapi terjadi pada daerah geosinklin, hingga karena adanya pembebanan sedimen yang tebal di bagian atas, maka lapisan sedimen yang ada di bagian bawah cekungan akan mengalami proses metamorfosa.


IV.                  Tekstur Batuan Metamorf
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi. Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf mempengaruhi rupa atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur. Tekstur pada batuan metamorf disebut dengan mineral metamorf yang terjadi karena kristalnya tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu disebut dengan blastos atau blastik/idioblastik.
Pada dasarnya tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi karena proses rekristalisasi yaitu perubahan butiran halus menjadi kasar dan proses reorientasi terbagi ke dalam skistositas atau foliansi terjadi oleh karena mineral yang pipih atau membentang tersusun dalam bidang-bidang tertentu yakni bidang sekistsis. Biang ini dapat searah dengan lapisan sedimen asalnya atau searah dengan sumbu lipatannya. Kristal yang ukurannya besar disebut profiroblastik. Contohnya yaitu : dalam golongan metamorf dinamik, tak jarang batuan mengalami hancuran yang fragmental sifatnya.
Penelitian menunjukkan bahwa batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.Menurut struktur yang terbentuk, batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu batuan metamorf foliasi dan batuan metamorf non foliasi. telah kita ketahui bahwa batuan metamorf itu terbentuk dari suatu proses penambahan temperatur dan suhu yang terjadi pada suatu batuan.
Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).

A.    Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa, diantaranya:
1.      Relict/Palimpset/Sisa
Menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya Awalan blasto digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini. Batuan yang mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan metabeku
2.      Kristaloblastik
Terbentuk dari proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak  tampak Penamaannya menggunakan akhiran blastik

B.     Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
1.      Fanerit
Butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
2.      Afanit
Butiran kristal tidak dapat dilihat dengan mata

C.     Tekstur Berdasarkan Bentuk Individu Kristal
1.      Euhedral
Bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri
2.      Subhedral
Bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal di sekitarnya.
3.      Anhedral
Bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain di sekitarnya
4.      Idioblastik
Bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk euhedral
5.      Hypidioblastik
Bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk subhedral
6.      Xenoblastik
Bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk anhedral.

D.    Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
1.      Lepidoblastik
Bila mineral penyusunnya sejajar dan terarah pipih (tabular)
2.      Nematoblastik
Bila mineral penyusunnya sejajar dan terarah prismatik
3.      Granoblastik
Bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya sutured (tidak teratur) dan umumnya berbentuk anhedral.
4.      Granuloblastik
Bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya unsutured (lebih teratur) seraga dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral

E.     Tekstur khusus yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi
1.      Porfiroblastik
Terdapat beberapa mineral yang ukurannya lebih besar dari mineral lainnya. Kristal yang lebih besar tersebut sering disebut sebagai porphyroblasts.
2.      Poikiloblastik
Tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
3.      Mortar
Fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa dasar material yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing)

Berdasarkan jumlah tekstur yang dimilikinya, tekstur batuan metamorf dibagi menjadi dua, yaitu :
a.       Homoblastik       :  jika batuan metamorf tersebut hanya memiliki satu                                                          tekstur batuan.
b.      Heteroblastik      :  jika batuan metamorf tersebut memiliki lebih dari satu                                     jenis tekstur batuan.


V.                  Struktur batuan metamorf
A.    Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu penjajaran mineral - mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas
1.      Struktur Slatycleavage
Adalah peralihan dari batuan sedimen yang berubah ke batuan metamorf dan merupakan derajad rendah dari lempung.
Mineral – mineralnya berukuran halus dan kesan kesejajarannya halus sekali dengan memperlihatkan belahan yang rapat.
2.      Struktur Gneissic
Adalah struktur yang dimana jumlah mineral – mineral yang Granular relatif lebih banyak dari mineral pipih.
3.      Struktur Phylitic
Adalah Struktur yang hampir mirip dengan struktur slatycleavage, tetapi hanya mineral dan kesejajarannya mulai agak kasar.
4.      Struktur Schistosity
Adalah struktur yang jumlah mineral – mineralnya pipih dan lebih dominan dibanding mineral butiran.

B.     Struktur Non Foliasi
Struktur non foliasi merupakan struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran minerla penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas
1.      Struktur Hornfelsik
Dicirikan adanya butiran – butiran yang seragam, terbentuk dari bagian dalam daerah sekitar tubuh batuan beku.
2.      Struktur Milonitik
Merupakan struktur yang berkembang karena adanya pengahcuran batuan asal yang mengalami metamorfosa dinamo.
3.      Struktur Kataklastik
Struktur ini hampir sama dengan struktur milonitik hanya saja butiran pada struktur ini lebih kasar.
4.      Struktur Pilonitik
Struktur ini menyerupai milonitik tetapi butirannya relatif lebih kasar dan strukturnya mendekati tipe filitik.
5.      Struktur Flaser
Struktur ini seperti struktur kataklastik dimana strukturnya batuan asal yang berbentuk lensa tertanam pada massa dasar milonitik.
6.      Struktur Augen
Struktur ini menyerupai struktur flaser hanya saja lensa – lensanya terdiri dari butir – butir feldspar dalam massa dasar yang lebih halus.
7.      Struktur Granulosa
Struktur ini hampir sama dengan struktur hornfelsik, hanya saja butirannya  memiliki butiran tidak sama besar.
8.      Struktur Liniasi
Adalah struktur yang diperlihatkan oleh adanya kumpulan mineral yang berbentuk seperti jarum.


VI.                  Mineral-mineral Penyusun Batuan Metamorf
1.      Amphibole/Hornblende
adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O). Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
2.      Biotit
Semua mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar menyerupai buku dan merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral biotite. Mineral biotite umumnya berwarna gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite berwarna terang, abu-abu terang. Mineral mika mempunyai kekerasan yang lunak dan bisa digores dengan kuku.
3.      Mineral Plagioklas feldspar
Adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik, umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut An-orthite.
4.      Potassium feldspar (Ortoklas)
Adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya plagioclase feldspar, potassium feldspars adalah mineral silicate yang mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna merah daging hingga putih.
5.      Mika
Adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon (Si) dan air (H2O).
6.      Kuarsa
Adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada kerak bumi. Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih, kilap kaca dan belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.
7.      Kalsit
Tersusun dari calcium carbonate (CaCO3). Umumnya berwarna putih transparan dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan dari binatang laut terbuat dari calcite atau mineral yang berhubungan dengan ‘lime’ dari batu gamping.

VII.                  Komposisi Mineral Batuan Metamorf
Komposisi batuan metamorf dibagi menjadi dua golongan, yakni :
A.    Mineral Stress
Adalah suatu mineral yang stabil dalam kondisi tekanan dimana mineral ini dapat berbentuk pipih atau tabular prismatik maka mineral tersebut akan tumbuh tegak lurus terhadap arah gaya.
B.     Mineral Anti Stress
Adalah suatu mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan yang biasanya.

VIII.                  Contoh Batuan Metamorf beserta Ciri – cirinya
A.    Berfoliasi
1.      Batu Sabak (Slate)
Butiran pada batu ini sangat halus dan memperlihatkan bidang-bidang belahan, tanpa lapisan dan merupakan hasil metamorfisme dari batu lempung.
2.      Filit
Butiran pada batu ini halus, berlapis padat dan kompak.
3.      Sekis
Terlihat bentuk perlapisannya jelas sekali dan beraturan.
4.      Gneiss
Butiran pada batu ini terasa kasar dan perlapisannya tidak beraturan.
B.     Non Foliasi
1.      Batu Marmer
Komposisi mineral pada batu ini adalah Kalsit atau Dolomit, Hablur atau Masif.
2.      Kuarsit
Komposisi mineralnya dominan kuarsa yang terkristalisasi, butirannya tumbuh.
3.      Hornfels
Batu ini mencirikan keras seperti tanduk, halusnya afanitik dan terdiri dari berbagai mineral seperti kuarsa dan feldspar.
4.      Serpentinit
Terutama terdiri dari mineral serpentin atau talk hijau.
5.      Grafit
Batu ini berwarna hitam, keras, dan dapat mengotori tangan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar