BATUAN BEKU
I.
Pengertian
Batuan
beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma. Magma adalah
Zat cair pijar dan merupakan senyawa silikat yang bersifat sangat panas dan
berada di dalam kerak bumi. Proses pembekuan magma merupakan proses perubahan
fase dari cair menjadi padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kistal-kristal
mineral primer ataupun gelas. Proses tersebut juga akan sangat berpengaruh
terhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi
oleh sifat magma.
Pada saat
penurunan suhu magma akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat.
Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan
terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar sedangkan bila energi
pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila
pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan
magma akan membeku menjadi gelas.
II.
Mineral yang Sering Dijumpai pada
Batuan Beku
1. Mineral
Asam / felsic minerals
Mineral-mineral ini umumnya berwarna
cerah karena tersusun atas silika dan aluminium, seperti :
a. Kuarsa : Jernih,
kadang-kadang putih susu atau kelabu.
b. Feldspar Ortoklas : Putih
Kemerah-merahan atau Merah muda, banyak terdapat dalam batuan beku asam.
c. Feldspar Plagioklas : Abu-abu,
Putih susu, terdapat di dalam batuan beku menengah sampai
basa.
d. Muskovit : Jernih
sampai coklat muda, berupa lempengan lempengan tipis,
terutama terdapat di dalam beku asam.
2. Mineral
Basa / mafic minerals
Mineral-mineral ini umumnya berwarna
gelap karena tersusun atas unsur-unsur besi, magnesium, dan kalsium, seperti :
a. Olivin : Kuning Kehijauan
b. Biotit : Coklat tua –
Hitam
c. Piroksen : Hitam – Hijau tua
d. Hornblende : Hitam – Hijau
Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat
mengkristal. Mineral-mineral mafik umumnya mengkristal pada suhu yang relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan mineral felsik.
Mineral
yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat labil dan mudah berubah
menjadi mineral lain. Mineral yang dibentuk pada temperatur rendah adalah
mineral yang relatif stabil. Pada jalur sebelah kiri, yang terbentuk pertama
kali adalah olivin sedangkan mineral yang terbentuk terakhir adalah biotit.
Mineral-mineral pada bagian kanan diwakili oleh kelompok
plagioklas karena kelompok mineral ini paling banyak dijumpai. Yang terbentuk
pertama kali pada suhu tinggi adalah calcic plagioclase (bytownit),
sedangkan pada suhu rendah terbentuk alcalic plagioclase (oligoklas).
Mineral-mineral sebelah kanan dan kiri bertemu dalam bentuk potasium feldspar
kemudian menerus ke muskovit dan berakhir dalam bentuk kuarsa sebagai mineral
yang paling stabil.
III. Penggolongan Batuan Beku
A.
Berdasarkan
letak membekunya magma
1. Batuan Beku Luar (Ekstrusif)
Adalah batuan
beku yang proses pembekuan magmanya terbentuk diatas permukaan bumi.
2. Batuan Beku Dalam (Intrusif)
Adalah batuan
beku yang proses pembekuan magmanya terbentuk di bawah permukaan bumi.
B. Berdasarkan atas sifat kimianya
Batuan Beku Asam
|
Kadar
Silika > 66 %
|
Batuan
Beku Intermediet
|
Kadar
Silika 52 – 56 %
|
Batuan
Beku Basa
|
Kadar
Silika 45 – 52 %
|
Batuan
Beku Ultra Basa
|
Kadar
Silika < 15 %
|
IV.
Hal – hal yang harus diperhatikan
dalam Mendeskripsi Batuan Beku
A. Warna Batuan
Warna
batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral
penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya,
sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk
batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
·
Batuan
beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas
mineral-mineral felsik misalnya kuarsa, potas feldspar, muskovit.
·
Batuan
beku yang berwarna gelap sampai hitamnya umumnya adalah batuan beku intermediet
dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
·
Batuan
beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan
mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
·
Batuan
beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik disebut batuan beku
ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya mineral mafik.
B. Struktur
Batuan
Struktur
adalah penampakan hubungan antar bagian-bagian batuan yang berbeda. Pengertian
struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar
atau singkapan di lapangan. Ada dua macam Struktur batuan beku, yaitu:
1.
Struktur
batuan beku dalam
-
Masif : Mencirikan padat, tidak ada lubang/pori – pori
2.
Struktur
batuan beku luar
-
Vesicular : Strukturnya
berlubang – lubang sejajar
-
Scoriaceous : Berlubang
– lubang tidak teratur
-
Amygdaloidal : Berlubang
– lubang dengan terisi oleh mineral berupa silica,
karbonat/senyawa besi
-
Flow : Strukturnya berupa aliran, dengan mineral – mineral sejajar
yang menunjukkan kesan seperti aliran
-
Pumiceous : Berlubang
– lubang halus yang bentuknya teratur
C. Tekstur
Batuan
Pengertian tekstur dalam batuan beku
mengacu pada penampakan butir-butir mineral di dalamnya, yang meliputi tingkat
kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas dan hubungan antar butir
(fabric). Jika warna batuan berkaitan erat dengan komposisi kimia dan
mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, selama
dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi:
D. Pola Susunan Butir
1. Equigranular
Disebut equigranular apabila
memiliki ukuran butir yang seragam/sama dan butirannya dapat dikenali dengan
mata telanjang.
2. Inequigranular
Disebut inequigranular bila ukuran kristal
pembentuknya tidak seragam.
3. Afanitik
Kristal mineralnya sangat halus sehingga
tidak dapat dilihat oleh ata telanjang.
4. Faneroporfiritik
Bila kristal mineral yang besar (fenokris)
dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenali
dengan mata telanjang.
5. Porfiroafanitik.
Fenokris dapat dikenali oleh mata
telanjang sedangkan massa dasar tidak dapat dilihat.
6. Gelasan
(Glassy)
Disebut gelasan karena apabila
semuanya terdiri dari gelas
Antara fenokris dan massa dasar terdapat perbedaan ukuran
butir yang menyolok.
· Fenokris : Mineral
yang ukuran butirnya jauh lebih besar dari mineral lainnya.
Biasanya merupakan mineral sulung, dengan bentuk subhedral hingga
euhedral.
·
Massa
dasar : Mineral-mineral kecil yang berada di sekitar fenokris.
E. Bentuk
Kristal / Kemas
Untuk
kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat kesempurnaan bentuk
kristalnya. Hal ini dapat memberi gambaran mengenai proses kristalisasi mineral
pembentuk batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi:
1. Euhedral
Apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh
bidang yang
jelas.
2. Subhedral
Apabila bentuk kristal tidak sempurna dan
hanya sebagian saja yang dibatasi bidang kristal.
3. Anhedral
Apabila bidang batas tidak jelas.
F. Identifikasi
Mineral
Identifikasi
mineral merupakan salah satu bagian terpenting dari deskripsi batuan beku
karena identifikaasi tersebut dapat diungkap berbagai hal seperti kondisi
temperatur, tempat pembentukan, sifat magma asal dan lain-lain. Di dalam batuan
beku dikenal status mineral dalam batuan, yaitu:
1. Mineral Primer
Merupakan hasil pertama dari proses pembentukan batuan
beku. Mineral utamanya terdiri dari :
a. Mineral utama ( essential minerals)
Adalah mineral yang terbentuk
langsung dari kristalisasi magma yang jumlahnya cukup banyak (>10%). Mineral
ini sangat penting untuk dikenali karena menentukan nama batuannya.
b. Mineral tambahan (accesory minerals)
Adalah Mineral yang terbentuk pada
Kristal magma dan umumnya jumlah mineral sedikit atau jarang (<10%). Apabila
terdapat banyak tetap tidak mempengaruhi penamaan batuannya.
2. Mineral Sekunder
Merupakan
mineral hasil perubahan dari mineral primer.
BATUAN SEDIMEN
I. Pengertian
Batuan
Sedimen berasal dari Bahasa Latin yaitu “Sedimentum”
yang berarti Pengendapan. Jadi, pengertian Sedimen itu sendiri adalah Batuan yang terbentuk dari
Proses pelapukan dan Transportasi dari batuan yang telah ada sebelumnya dan
terendapkan sebagai suatu Endapan kemudian endapan sedimen tersebut mengalami
Proses Lithifikasi (Pembatuan).
Lithifikasi
adalah Proses terubahnya materi pembentuk batuan yang lepas – lepas menjadi
batuan yang Kompak dan Keras.
Sekitar
80% permukaan benua tertutup batuan sedimen, walaupun volumnya hanya
sekitar 5% dari volum kerak bumi.
II.
Tekstur Batuan Sedimen
Tekstur
adalah suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan banyak butir serta
susunannya
A.
Ukuran
Butir
Pemberian ukuran butir didasarkan
pada skala Wentworth
Nama Butir
|
Besar Butir (mm)
|
Bongkah (Boulder)
|
>256
|
Berangkal (Cobble)
|
64 – 256
|
Kerakal (Pebble)
|
4 – 64
|
Kerikil (Granule)
|
2 – 4
|
Pasir (Sand)
|
1/16 – 2
|
Lanau (Silt)
|
1/256 – 1/16
|
Lempung (Clay)
|
<1/256
|
B. Pemilahan
Pemilahan
adalah Keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen, artinya
bila semakin seragam ukurannya dan besar
butirnya maka pemilahannya semakin baik.
Pemilahan dibagi menjadi tiga, yaitu
:
1. Pemilahan Baik (Well Sorted)
2. Pemilahan Sedang (Moderate Sorted)
3. Pemilahan Buruk (Poorly Sorted)
A. Kebundaran
Kebundaran
adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran dimana sifat ini hanya biasa
diamati pada batuan sedimen klastik kasar. Perbandingan Bundaran sebagai
berikut :
1. Membundar balik (Well Rounded)
2. Membundar (Rounded)
3. Membundar tanggung (Sub Rounded)
4. Menyudut tanggung (Sub Angular)
5. Menyudut (Angular)
B. Kemas
1. Kemas terbuka dimana dicirikan
dengan butiran yang tidak saling bersentuhan
2. Kemas tertutup yang mencirikan butiran
saling bersentuhan
Berdasarkan
atas asal dan cara terjadinya, tekstur batuan sedimen dibagi menjadi :
A. Sedimen Klastik
Kata
“Klastik” berasal dari bahasa Yunani
yaitu “klatos” yang artinya pecahan.
Jadi, Sedimen klastik adalah batuan sedimen yang tersusun dari hasil Hancuran –
hancuran (fragmen) batuan lain yang sudah ada lebih dulu.
B. Sedimen Non Klastik
Adalah batuan sedimen yang terbentuk
dari Hasil Reaksi Kimia tertentu yang bersifat anorganik maupun biologik.
III.
Struktur Batuan Sedimen
Struktur
pada batuan sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi yang
membentuknya.
A. Struktur Sedimen dikelompokkan
menjadi tiga macam, yaitu :
1. Stuktur Sedimen Primer
Terbentuknya
karena proses sedimentasi dengan demikian merfleksikan mekanisasi
pengendapanya.
2. Struktur Sedimen Sekunder
Terbentuk
sesudah sedimentasi,sebelum atau pada
waktu diagenesa.Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan misalnya
keadaan dasar lereng,dan lingkungan organismenya.
3. Struktur Organik
Struktur
Organik yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti Mollusca,cacing atau
binatang lainnya.
B. Faktor – faktor yang mempengaruhi
kenampakan adanya sturktur perlapisan
1. Adanya perbedaan warna mineral
2. Adanya perbedaan ukuran besar butir
3. Adanya perbedaan komposisi mineral
4. Adanya perubahan macam batuan
5. Adanya perubahan struktur sedimen
6. Adanya perubahan kekompakan
C. Macam - macam Perlapisan
1. Masif tidak menunjukan struktur
dalam atau ketebalanya 120 cm.
2. Perlapisan sesar bila bidang
perlapisan sejajar.
3. Laminasi adalah perlapisan sejajar
yang ukuran atau ketebelannya > 1 cm.
4. Perlapisan pilihan bila perlapisan
di susun atas butiran yang berubah teratur dari halus ke kasar
5. Perlapisan silang siur, yakni perlapisan
yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di atas atau
dibawahnya dan di pisahkan oleh bidang erosi.
IV.
Komposisi Mineral
A. Fragmen
Fragmen
adalah bagian butiran yang ukurannya paling besar dan dapat berupa
pecahan-pecahan batuan mineral atau
cangkang-cangkang fosil atau zat organik
lainnya.
B. Matrik
Matrik
adalah bagian butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan terletak di
antara fragmen sebagai massa dasar, matrik dapat berupa batuan, mineral atau
fosil.
C. Semen
Semen
bukan butir, tetapi material pengisi rongga antar butir dan bahan pengikat.
V.
Jenis – jenis Batuan Sedimen
Batuan
Sedimen adalah batuan beku atau metamorf yang mengalami proses litifikasi yaitu
proses kompaksi dan sementasi. Jenis-jenis Batuan Sedimen antara lain yaitu:
1.
BREKSI.
Breksi
memiliki butiran-butiran yang bersifat coarse yang terbentuk dari sementasi
fragmen-fragmen yang bersifat kasar dengan ukuran 2 hingga 256 milimeter.
Fragmen-fragmen ini bersifat runcing dan menyudut. Fragmen-fragmen dari
Breksi biasanya merupakan fragmen yang terkumpul pada bagian dasar lereng yang
mengalami sedimentasi, selain itu fragmen juga dapat berasal dari hasil
longsoran yang mengalami litifikasi. Komposisi dari breksi terdiri dari sejenis
atau campuran dari rijang, kuarsa, granit, kuarsit, batugamping, dan lain-lain.
2.
KONGLOMERAT.
Konglomerat
hampir sama dengan breksi, yaitu memiliki ukuran butir 2 hingga 256 milimeter
dan terdiri atas sejenis atau campuran rijang, kuarsa, granit, dan lain-lain,
hanya saja fragmen yangmenyusun batuan ini umumnya bulat atau agak membulat.
Pada konglomerat, terjadi proses transport pada material-material penyusunnya
yang mengakibatkan fragmen-fragmennya memiliki bentuk yang membulat
3.
SANDSTONE.
Sandstone
atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang
terbawa olehaliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada
suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter.
Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau
pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit kloritdan
bijih besi. Batu pasir umumnya digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu :
Quartz Sandstone, Arkose, dan Graywacke.
4.
QUARTZ SANDSTONE.
Quartz
sandstone adalah batu pasir yang 90% butirannya tersusun dari kuarsa.Butiran
kuarsa dalam batu pasir ini memiliki pemilahan yang baik dan ukuran butiran
yang bulat karena terangkut hingga jarak yang jauh. Sebagian besar jenis batu
pasir ini ditemukan pada pantai dan gumuk pasir.
5.
ARKOSE.
Arkose
adalah batu pasir yang memiliki 25% atau lebih kandungan feldspar. Sedimen yang
menjadi asal mula dari Arkose ini biasanya hanya mengalami sedikit perubahan
secara kimia. Sebagian arkose juga memiliki sedikit butiran-butiran yang
bersifat coarse karena jarak pengangkutan yang relatif pendek.
6.
GRAYWACKE.
Graywacke
adalah salah satu tipe dari batu pasir yang 15% atau lebih komposisinya adalah
matrik yang terbuat dari lempung, sehingga menghasilkan sortasi yang jelek dan
batuan menjadi berwarna abu-abu gelap atau kehijauan.
7.
SHALE.
Shale
adalah batuan sedimen yang memiliki tekstur yang halus dengan ukuran butir 1/16
hingga 1/256 milimeter. Komposisi mineralnya umumnya tersusun dari
mineral-mineral lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan bijih besi.
Shale
dibedakan menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu lempung atau
serpih. Batu lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu pasir dan
batu serpih, sedangkan batu lempung memiliki ciri khas mudah membelah dan bila
dipanasi menjadi plastik.
8.
LIMESTONE.
Limestone
atau batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama
dari kalsit (CaCO3). Teksturnya bervariasi antara rapat, afanitis, berbutir
kasar, kristalin atauoolit. Batu gamping dapat terbentuk baik karena hasil dari
proses organisme atau karena prosesanorganik. Batu gamping dapat dibedakan
menjadi batu gamping terumbu, calcilutite, dan calcarenite.
9.
CALCARENITE.
Calcarenite memiliki ukuran butir
1/16 hingga 2 milimeter, batuan ini terdiri dari 50% atau lebih material
carbonate detritus, yaitu material yang tersusun terutama atas fosil dan oolit.
10.
CALCILUTITE
Calcilutite terbentuk jika ukuran
butiran dari calcarenite berubah menjadi lebih kecil hingga kurang dari 1/16
milimeter yang kemudian mengalami litifikasi.
11.
GAMPING
TERUMBU
Batu Gamping terumbu terbentuk
karena aktivitas dari coral atau terumbu pada perairan yang hangat dan dangkal.
12. SALTSTONE.
Saltstone
terdiri dari mineral halite (NaCl) yang terbentuk karena adanya penguapan yang biasanya
terjadi pada air laut. Tekstur dari batuan ini berbentuk kristalin.
13. GIPSUM.
Gipsum
tersusun atas mineral gipsum (CaSO4.H2O). Sama seperti dengan Saltstone, batuan
initerbentuk karena kandungan uap air yang ada menguap. Tekstur dari batuan ini
juga berupa kristalin.
14. COAL.
Coal atau
batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari kompaksi material yang
berasaldari tumbuhan, baik berupa akar, batang, maupun daun. Teksturnya amorf,
berlapis, dan tebal. Komposisinya berupa humus dan karbon. Warna biasanya
coklat kehitaman dan pecahannya bersifat prismatik. Batu bara terbentuk
pada rawa-rawa pada daerah beriklim tropis yang airnya mengandung sedikit
Oksigen. Bagian dari tumbuhan jatuh dan mengendap di dasar rawa semakin lama
semakin bertambah dan terakumulasi. Material tersebut lama-kelamaan
terkubur oleh material di atasnya sehingga tekanannya bertambah dan air keluar,
dan kemudian mengalami kompaksi menjadi batu-bara.
BATUAN METAMORF
I. Pengertian
Batuan metamorf
adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa batuan
beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami
proses / perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh
temperatur dan tekanan yang tinggi.
Proses metamorfosa
terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan temperatur 2000C –
6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil
rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal - kristal
baru, begitupula pada teksturnya.
Batuan metamorf atau
batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperatur
dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya
temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tekstur dan
strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang
baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan
perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping.
Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua
batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma
yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan
baru lagi.
II.
Agen - agen Metamorfisme.
Adapun agen-agen
metamorfisme yaitu:
1.
Panas
(temperatur)
2.
Tekanan
3.
Cairan panas /
aktivitas larutan kimia
Adanya kenaikan
temperatur, tekanan dan aktivitas larutan kimia, menyebabkan terjadinya
perubahan dan rekristalisasi yaitu proses pengkristalan kembali mineral-mineral
dan batuan yang telah ada dengan tidak melalui fase cair. Pada kondisi ini
temperatur sekitar 3500C – 12000C dan tekanan 1 – 10000 bar (Jackson) =
(0,9869) atm.
III.
Jenis - jenis Metamorfisme
Berdasarkan
faktor-faktor yang mempengaruhi, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
:
1)
Metamorfosa
Lokal
Disebut metamorfosa
lokal karena penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa kilometer
saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:
a.
Metamorfosa
kontak/thermal
Yaitu metamorfosa yang
diakibatkan oleh kenaikan temperatur yang tinggi, dan biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara tubuh
intrusi magma/ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan lebar 2 – 3 km. Salah
satu contohnya pada zona intrusi yang dapat menyebabkan pertambahan suhu pada
daerah disekitar intrusi
b.
Metamorfosa
dinamo/dislokasi/kataklastik
Yaitu metamorfosa yang
diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang berpengaruh disini ada dua
macam, yaitu: hidrostatis, yang mencakup ke segala arah; dan stress, yang
mencakup satu arah saja. Makin dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan
hidrostatika semakin besar. Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat
dengan permukaan saja, metamorfosa semacam ini biasanya didapatkan di daerah
sesar/patahan
2)
Metamorfosa
Regional
Tipe metamorfosa ini penyebarannya
sangat luas, dapat mencapai beberapa ribu kilometer. Termasuk dalam tipe ini
adalah:
a.
Metamorfosa
regional / dinamothermal
Terjadi pada kulit bumi
bagian dala, dimana faktor yang mempengaruhi adalah temperatur dan tekanan yang
tinggi. Proses ini akan lebih intensif apabila diikuti oleh orogenesa
b.
Metamorfosa butiran
Proses ini tidak
ada hubungannya dengan orogenesa dan intrusi, tetapi terjadi pada daerah
geosinklin, hingga karena adanya pembebanan sedimen yang tebal di bagian atas,
maka lapisan sedimen yang ada di bagian bawah cekungan akan mengalami proses
metamorfosa.
IV.
Tekstur Batuan Metamorf
Batuan metamorf
menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan
dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah
permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu
tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam
batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang
bersuhu tinggi.Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan
bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat
berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi. Berbagai
macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf mempengaruhi rupa
atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur. Tekstur pada batuan
metamorf disebut dengan mineral metamorf yang terjadi karena kristalnya tumbuh
dalam suasana padat oleh karena itu disebut dengan blastos atau
blastik/idioblastik.
Pada dasarnya
tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi karena proses rekristalisasi yaitu
perubahan butiran halus menjadi kasar dan proses reorientasi terbagi ke dalam
skistositas atau foliansi terjadi oleh karena mineral yang pipih atau
membentang tersusun dalam bidang-bidang tertentu yakni bidang sekistsis. Biang
ini dapat searah dengan lapisan sedimen asalnya atau searah dengan sumbu
lipatannya. Kristal yang ukurannya besar disebut profiroblastik. Contohnya
yaitu : dalam golongan metamorf dinamik, tak jarang batuan mengalami hancuran
yang fragmental sifatnya.
Penelitian
menunjukkan bahwa batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat
erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai
suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.Menurut struktur
yang terbentuk, batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu batuan metamorf foliasi
dan batuan metamorf non foliasi. telah kita ketahui bahwa batuan metamorf itu
terbentuk dari suatu proses penambahan temperatur dan suhu yang terjadi pada
suatu batuan.
Tekstur
merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi
butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).
A.
Tekstur
Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa, diantaranya:
1.
Relict/Palimpset/Sisa
Menunjukkan sisa
tekstur batuan asalnya Awalan blasto digunakan untuk penamaan tekstur batuan
metamorf ini. Batuan yang mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan
metabeku
2.
Kristaloblastik
Terbentuk dari proses
metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami
rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak
tampak Penamaannya menggunakan akhiran blastik
B.
Tekstur Berdasarkan
Ukuran Butir
1.
Fanerit
Butiran kristal masih
dapat dilihat dengan mata.
2.
Afanit
Butiran kristal tidak
dapat dilihat dengan mata
C.
Tekstur Berdasarkan
Bentuk Individu Kristal
1.
Euhedral
Bila kristal dibatasi
oleh bidang permukaan kristal itu sendiri
2.
Subhedral
Bila kristal dibatasi
sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan
kristal di sekitarnya.
3.
Anhedral
Bila kristal dibatasi
seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain di sekitarnya
4.
Idioblastik
Bila mineralnya
didominasi oleh kristal berbentuk euhedral
5.
Hypidioblastik
Bila mineralnya
didominasi oleh kristal berbentuk subhedral
6.
Xenoblastik
Bila mineralnya
didominasi oleh kristal berbentuk anhedral.
D.
Tekstur
Berdasarkan Bentuk Mineral
1.
Lepidoblastik
Bila mineral
penyusunnya sejajar dan terarah pipih (tabular)
2.
Nematoblastik
Bila mineral penyusunnya
sejajar dan terarah prismatik
3.
Granoblastik
Bila mineral
penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya sutured
(tidak teratur) dan umumnya berbentuk anhedral.
4.
Granuloblastik
Bila mineral
penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya unsutured
(lebih teratur) seraga dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral
E.
Tekstur khusus
yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi
1.
Porfiroblastik
Terdapat beberapa
mineral yang ukurannya lebih besar dari mineral lainnya. Kristal yang lebih
besar tersebut sering disebut sebagai porphyroblasts.
2.
Poikiloblastik
Tekstur porfiroblastik
dengan porphyroblasts tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
3.
Mortar
Fragmen mineral yang
lebih besar terdapat pada massa dasar material yang berasal dari kristal yang
sama yang terkena pemecahan (crushing)
Berdasarkan jumlah
tekstur yang dimilikinya, tekstur batuan metamorf dibagi menjadi dua, yaitu :
a.
Homoblastik : jika
batuan metamorf tersebut hanya memiliki satu tekstur batuan.
b.
Heteroblastik : jika
batuan metamorf tersebut memiliki lebih dari satu jenis tekstur batuan.
V.
Struktur batuan metamorf
A.
Struktur Foliasi
Struktur foliasi
merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu penjajaran mineral -
mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas
1.
Struktur
Slatycleavage
Adalah peralihan
dari batuan sedimen yang berubah ke batuan metamorf dan merupakan derajad
rendah dari lempung.
Mineral – mineralnya
berukuran halus dan kesan kesejajarannya halus sekali dengan memperlihatkan
belahan yang rapat.
2.
Struktur
Gneissic
Adalah struktur yang
dimana jumlah mineral – mineral yang Granular relatif lebih banyak dari mineral
pipih.
3.
Struktur
Phylitic
Adalah Struktur yang
hampir mirip dengan struktur slatycleavage, tetapi hanya mineral dan
kesejajarannya mulai agak kasar.
4.
Struktur
Schistosity
Adalah struktur yang
jumlah mineral – mineralnya pipih dan lebih dominan dibanding mineral butiran.
B.
Struktur Non
Foliasi
Struktur non
foliasi merupakan struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran minerla
penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas
1.
Struktur
Hornfelsik
Dicirikan adanya
butiran – butiran yang seragam, terbentuk dari bagian dalam daerah sekitar
tubuh batuan beku.
2.
Struktur
Milonitik
Merupakan
struktur yang berkembang karena adanya pengahcuran batuan asal yang mengalami
metamorfosa dinamo.
3.
Struktur
Kataklastik
Struktur ini
hampir sama dengan struktur milonitik hanya saja butiran pada struktur ini
lebih kasar.
4.
Struktur
Pilonitik
Struktur ini
menyerupai milonitik tetapi butirannya relatif lebih kasar dan strukturnya
mendekati tipe filitik.
5.
Struktur Flaser
Struktur ini
seperti struktur kataklastik dimana strukturnya batuan asal yang berbentuk
lensa tertanam pada massa dasar milonitik.
6.
Struktur Augen
Struktur ini
menyerupai struktur flaser hanya saja lensa – lensanya terdiri dari butir –
butir feldspar dalam massa dasar yang lebih halus.
7.
Struktur
Granulosa
Struktur ini
hampir sama dengan struktur hornfelsik, hanya saja butirannya memiliki butiran tidak sama besar.
8.
Struktur Liniasi
Adalah struktur
yang diperlihatkan oleh adanya kumpulan mineral yang berbentuk seperti jarum.
VI.
Mineral-mineral Penyusun Batuan Metamorf
1.
Amphibole/Hornblende
adalah kelompok mineral
silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang menyerupai jarum. Mineral
amphibole umumnya mengandung besi (Fe), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan
Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O). Hornblende tampak pada foto yang
berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis
batuan beku dan batuan metamorf.
2.
Biotit
Semua mineral mika
berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar menyerupai buku dan merupakan bidang
belahan (cleavage) dari mineral biotite. Mineral biotite umumnya berwarna
gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite berwarna terang, abu-abu terang.
Mineral mika mempunyai kekerasan yang lunak dan bisa digores dengan kuku.
3.
Mineral Plagioklas
feldspar
Adalah anggota dari
kelompok mineral feldspar. Mineral ini mengandung unsur Calsium atau Natrium.
Kristal feldspar berbentuk prismatik, umumnya berwarna putih hingga abu-abu,
kilap gelas. Plagioklas yang mengandung Natrium dikenal dengan mineral Albite,
sedangkan yang mengandung Ca disebut An-orthite.
4.
Potassium feldspar
(Ortoklas)
Adalah anggota dari
mineral feldspar. Seperti halnya plagioclase feldspar, potassium feldspars
adalah mineral silicate yang mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya
prismatik, umumnya berwarna merah daging hingga putih.
5.
Mika
Adalah kelompok mineral
silicate minerals dengan komposisi yang bervariasi, dari potassium (K),
magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon (Si) dan air (H2O).
6.
Kuarsa
Adalah satu dari
mineral yang umum yang banyak dijumpai pada kerak bumi. Mineral ini tersusun
dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih, kilap kaca dan belahan (cleavage)
tidak teratur (uneven) concoidal.
7.
Kalsit
Tersusun dari calcium
carbonate (CaCO3). Umumnya berwarna putih transparan dan mudah digores dengan
pisau. Kebanyakan dari binatang laut terbuat dari calcite atau mineral yang
berhubungan dengan ‘lime’ dari batu gamping.
VII.
Komposisi Mineral Batuan Metamorf
Komposisi batuan
metamorf dibagi menjadi dua golongan, yakni :
A.
Mineral Stress
Adalah suatu mineral
yang stabil dalam kondisi tekanan dimana mineral ini dapat berbentuk pipih atau
tabular prismatik maka mineral tersebut akan tumbuh tegak lurus terhadap arah
gaya.
B.
Mineral Anti
Stress
Adalah suatu mineral
yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan yang biasanya.
VIII.
Contoh Batuan Metamorf beserta Ciri – cirinya
A.
Berfoliasi
1.
Batu Sabak
(Slate)
Butiran pada batu ini
sangat halus dan memperlihatkan bidang-bidang belahan, tanpa lapisan dan
merupakan hasil metamorfisme dari batu lempung.
2.
Filit
Butiran pada batu ini
halus, berlapis padat dan kompak.
3.
Sekis
Terlihat bentuk perlapisannya
jelas sekali dan beraturan.
4.
Gneiss
Butiran pada batu ini
terasa kasar dan perlapisannya tidak beraturan.
B.
Non Foliasi
1.
Batu Marmer
Komposisi mineral pada
batu ini adalah Kalsit atau Dolomit, Hablur atau Masif.
2.
Kuarsit
Komposisi mineralnya
dominan kuarsa yang terkristalisasi, butirannya tumbuh.
3.
Hornfels
Batu ini mencirikan
keras seperti tanduk, halusnya afanitik dan terdiri dari berbagai mineral
seperti kuarsa dan feldspar.
4.
Serpentinit
Terutama terdiri dari
mineral serpentin atau talk hijau.
5.
Grafit
Batu ini berwarna
hitam, keras, dan dapat mengotori tangan.